Cukuplah cinta memisahkan teman baik. - Aisyah Rais



" Jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu. Bercintalah dengan cinta yang sebenar-benarnya. Berkasihlah dengan setiap tajwid hukum yang dilakarkan dalam setiap tapak yang menyentuh tanah, menapak dunia,"

Haruskah aku katakan yang begitu padanya? Betapa Tuhan ada saja untuknya, selalu ada dalam setiap sujud, malah pada waktu syaitan bergayut di matanya, waktu Iblis terkekah ketawa. 

Tuhan masih lagi ada, dalam pandangan penuh manis dan suara paling merdu, walau halimunan pada mata, tapi dekat dengan jiwa. 

Kekal lah berjalan, duhai jejaka. Tuhan ada saja di situ melihat jatuh bangunmu menempah syurga. Meski itu bermakna kau putuskan setiap talian yang bikin hatimu sakit dan menderita. Itu, Tuhan ada saja. 

Tapi Jejaka masih tak mampu meletakkan satu titik noktah dalam suatu perhubungan yang dah ternyata bukan hanya jeda. Sampai akhirnya dia kekal mengulang tanda titik koma, dalam penafian betapa untuk si gadis noktah itu sudah lama ternyata. Ayat baru sudah dua tiga kali disebut penuh lembut dalam alun suara si gadis yang menggoda. Konon-konon yang ada cuma jejaka dan gadis, dan orang ketiga yang cuma satu bonggol di tengah jalan dalam perjalanan kamu dan dia menuju ke syurga.

Jejaka,

Masih lagikah matamu padanya? Masih lagikah kau mengulang tanda titik koma pada setiap noktah yang memang ternyata?

Bermula lah dengan ayat yang baru, dengan nafas yang baru, dengan cinta yang baru. Letak titik noktah, bukan lagi tanda jeda.

Dan setiap huruf yang terlakar sebelum noktah, biarkanlah seperti air yang mengalir deras, terus ke laut lepas. Perasaan yang ada, kalau terbuang dalam laut yang dalam, tak terkilas walau sedetik dendam. Yang ada cuma tenang. 

Tenanglah, Jejaka.

Tenanglah dalam setiap nafas baru. setiap langkah baru. Tenanglah dalam setiap perlakuanmu. Dan berhati-hatilah pada huruf pertama yang jadi pilihanmu.

Tuhan itu ada saja di situ.


0 Comments