Mungkin aku cuma bisa jadi perempuan yang biasa-biasa. Yang dicinta dan mencinta selayaknya. Yang tak kuat apabila ada yang mencerca, “nah, itu dia perempuan yang tak bisa mengatakan tidak pada angin yang cuma berdesir di cuping telinga,”. Cuma mahukan yang cantik dan indah saja. Tak pula bisa bertapak selangkah ke belakang dan menangis sendirian. Semuanya harus ada teman.

Kerana perempuan itu paling takut untuk melukakan. Dan sampai akhirnya dia cuma bisa berjinjak di ibu jari kaki sedang di belakangnya ada jurang, di depannya neraka menyala, terasa bahang. Dan yang ada cuma tali putih di telapak yang jadi sempadan.

Dan seumur hidupnya dia cuma berjinjak di tali putih yang satu itu. Tanpa tahu ada syurga di balik neraka, tanpa tahu ada taman di hujung jurang yang dalam. Di tali putih yang satu itu lah dia berjalan, menari, dan merasa cukup.

Kecukupan.


Persoalannya; cukupkah hidup ini kalau sekadar bertahan?

0 Comments